Redaksionalpost.com – Langit Bengkulu Utara memancarkan aura berbeda pada Rabu (26/03/2025). Dentuman gamelan berpadu dengan semarak warna-warni patung raksasa, menandai kemeriahan pawai ogoh-ogoh dalam menyambut Tahun Baru Saka 1947. Sebuah perayaan sakral yang tak sekadar menjadi ritual tahunan, tetapi juga cerminan harmoni, spiritualitas, dan kebersamaan lintas budaya.
Di tengah gelombang antusiasme masyarakat yang memadati jalanan, Bupati Bengkulu Utara, Arie Septia Adinata, S.E., M.AP., dengan khidmat melepas arak-arakan. Ogoh-ogoh, simbolisasi Bhuta Kala—kekuatan negatif yang harus dimusnahkan—dibawa berkeliling sebelum akhirnya dimusnahkan. Ritual ini melambangkan pembersihan diri dan alam semesta, mengantar umat Hindu menuju kesucian menyambut Hari Raya Nyepi.
Momen sakral ini turut dihadiri oleh Wakil Ketua I DPRD Bengkulu Utara, yang mendampingi sang bupati sebagai bentuk dukungan penuh terhadap keberagaman budaya dan tradisi keagamaan di daerah ini. Kehadiran para pejabat daerah menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga warisan leluhur serta memperkokoh semangat toleransi.
Pawai ogoh-ogoh tahun ini bukan sekadar arak-arakan. Ia adalah panggung hidup bagi seni, budaya, dan spiritualitas yang berpadu dalam satu tarian kosmis. Warga yang memadati jalanan larut dalam euforia, menyaksikan detail ukiran patung yang menggambarkan pertempuran simbolik antara kebaikan dan keburukan. Lantunan mantra dan musik tradisional mengiringi setiap langkah, membangun suasana magis yang sulit dilupakan.
Bengkulu Utara kembali membuktikan dirinya sebagai tanah yang menjunjung tinggi keberagaman, di mana setiap keyakinan mendapat ruang untuk berkembang dalam harmoni. Dalam gemuruh sorak sorai dan nyala obor yang menerangi malam, satu pesan mengemuka: keberagaman bukan untuk diperdebatkan, melainkan untuk dirayakan.(ADV)